A. Hakikat Blended Learning
Wijoyo, dkk. (2020:2) menjelaskan bahwa blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenal-kan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dan interaksi sosial.
Santoso dan Chotibuddin (2020:98) menyimpulkan bahwa blended learning merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi.
Wijoyo, dkk. (2020:4) menyatakan terdapat beberapa manfaat bila mengimplementasikan model pembelajaran blended learning, yakni:
1. Aktivitas pembelajaran bisa dilakukan dilain tempat sehingga waktu bisa lebih efisien.
2. Dapat memudahkan dalam aktivitas pembelajaran, karena dengan pembelajaran ini siswa bisa lebih ceria dan hemat tenaga.
3. Anggaran untuk pembelajaran bisa lebih efisien karena dalam aktivitasnya siswa biasanya laporan dengan kertas dan perjalanan ke lokasi pembelajaran bisa dialokasikan ke tempat lain.
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajar secara offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis blended learning dilakukan dengan mengga-bungkan pembelajaran tatap muka, teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan teknologi m-learning (mobile learning). Dalam blended learning terdapat enam unsur yang harus ada, yaitu: 1) tatap muka, 2) belajar mandiri, 3) aplikasi, 4) tutorial, 5) kerjasama, dan 6) evaluasi (Santoso dan Chotibuddin, 2020:101).
Hamonangan Tambunan, dkk. (2020:87-88) menjelaskan bahwa pembelajaran campuran biasanya melibatkan beberapa karakteristik umum:
1. Pembelajaran online dan offline: Pembelajaran campuran menggabungkan beberapa bentuk pembela-jaran online dengan beberapa jenis pembelajaran offline. Peserta didik dapat mengambil kelas melalui Internet di ruang kelas dengan satu atau lebih pelatih siaga untuk membantu mereka menyelesaikan pekerjaan mereka.
2. Keterlibalan instruktur: Mereka yang mengambil pembelajaran online dari rumah dapat berinteraksi dengan pelatih mereka secara online melalui papan pesan dan email.
3. Pembelajaran mandiri: Fitur lain dari solusi pembelajaran campuran adalah menumbuhkan gagasan pembelajaran mandiri pada peserta pelatihan. Program pembelajaran campuran memungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri dan menggunakan materi dan sumber daya yang disajikan kepada mereka dengan cara yang paling sesuai untuk mereka.
4. Interaksi rekan: Karakteristik kunci lain dan pembelajaran campuran adalah interaksi teman sebaya. Siswa yang belajar di kelas tradisional akan memiliki teman yang duduk tepat di sebelahnya, yang memungkinkan mereka bekerja sama dalam tugas. Trainee yang mengambil kelas online dapat berinteraksi dengan orang lain melalui papan pesan atau forum kelas.
5. Dukungan untuk pelajar: Karakteristik lain yang dimiliki oleh program pembelajaran campuran adalah dukungan yang tersedia untuk pelajar. Pelatih yang bekerja dalam program ini menawarkan kepada pelajar semua bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan melalui pertemuan offline dan solusi online.
Janner Simarmata, dkk. (2019:44-52) menuliskan ada 6 macam model blended learning, yaitu:
1. Face-to-Face Driver Model
Blended learning ini menargetkan siswa yang menunjukkan keterampilan baik di bawah atau di atas tingkat kelas, yang memungkinkan mereka untuk menerima instruksi tambahan melalui program komputer. Setiap siswa yang berbakat atau berjuang dapat bekerja dengan kecepatan mereka sendiri berdasarkan kasus per kasus, guru menugaskan pekerjaan pada platform digital dan mengawasi kemajuan. Bergantung pada skenario, ini dilakukan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan, memperkuat pelajaran atau memberikan tantangan baru. Untuk menggunakan model ruang kelas campuran ini, Anda harus:
a. Mengidentifikasi siswa yang membutuhkan lnstruksi pelengkap: Baik itu lintas kelas atau mata pelajaran tertentu, bekerja dengan guru untuk mengidentifikasi siswa mana yang membutuhkan instruksi tambahan akan membantu anda menemukan alat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
b. Pilih alat digital yang tepat: Berdasarkan kebutuhan mereka, cari program menarik yang menawarkan perancah yang tepat untuk siswa yang kesulitan dan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran adaptif untuk memberikan konten yang menantang siswa tingkat lanjut.
c. Temukan waktu untuk menggunakan alat: Memiliki anggaran guru dan waktu yang ditentukan akan memastikan siswa menggunakan alat tersebut. Misalnya, banyak guru menggunakan program digital pilihan mereka sebagai tiket masuk.
d. Mengawasi dan membantu siswa: Instruksikan guru untuk mengawasi kemajuan siswa saat mereka menggunakan alat ini. Mereka harus menjawab pertanyaan dan membantu jika diperlukan.
2. Rotation Model
Rotasi berfokus pada penggunaan stasiun pembelajaran, memaparkan siswa ke berbagai jenis instruksi dan jenis konten. Ini memberi guru kesempatan untuk memberi siswa kegiatan digital dan non-digital yang berbeda. Sebagai hasilnya, lingkungan belajar campuran ini dapat bermanfaat bagi siswa yang memiliki gaya dan kebutuhan belajar yang berbeda. lnstruksikan guru untuk mengikuti langkah-langkah di bawah ini untuk menyiapkan model pembelajaran campuran ini di ruang kelas mereka:
a. Temukan alat digital yang dapat digunakan setiap siswa: Karena setiap siswa akan melewati setiap stasiun, alat belajar digital atau alat harus memiliki konten untuk beragam tingkat kemampuan. Adalah bermanfaat untuk menggunakan teknologi pendidikan yang memprioritaskan instruksi yang dibedakan, menyesuaikan jenis masalah dan kesulitan berdasarkan kinerja pengguna.
b. Buat kegiatan yang menarik untuk berbagai gaya belajar: Selain perangkat lunak atau perangkat keras digital, stasiun pembelajaran harus berisi kegiatan individu, pasangan, dan kelompok. Ini juga bisa bermanfaat untuk menargetkan indera penglihatan, sentuhan dan pendengaran. Misalnya, satu stasiun dapat melibatkan mendengarkan buku audio, sedangkan yang lain dapat fokus pada tampilan slide.
c. Isi kesenjangan pengetahuan: Ketika siswa bergerak di antara stasiun dan bekerja melalui kegiatan, berkeliling kelas untuk mengatasi kesenjangan dalam pemahaman.
3. Flex Model
Umumnya digunakan di sekolah dengan jumlah siswa yang berjuang atau berisiko tinggi, model fleksibel pembelajaran campuran menekankan pengiriman konten daring.
4. Online Lab Model
Pembelajaran campuran ini juga mengakomodasi siswa yang perlu bekerja pada kecepatan yang disesuaikan, tetapi tidak dapat berfungsi di semua sekolah. Itu karena ini berlaku untuk sekolah yang memiliki laboratorium komputer. Siswa murni belajar daring dalam model ini. Profesional yang belum tentu guru mengawasi. Banyak sekolah mungkin akan memiliki keraguan dan kesulitan dalam menerapkan model ini, karena ini berlaku untuk skenario seperti:
a. Sekolah tidak memiliki cukup guru yang berkualitas atau ruang untuk ruang kelas tradisional, yang agak umum di daerah pedesaan dan miskin.
b. Siswa yang membutuhkan sekolah yang jadwalnya fleksibel, karena adanya kendala seperti waktu tempuh.
c. Siswa menghadapi kesulitan dalam lingkungan belajar tradisional.
5. Self-Blend Model
Model mandiri dan model campuran menarik bagi siswa yang ingin kelas di luar sekolah, melibatkan mereka mendaftar untuk kursus daring untuk belajar selama waktu luang mereka. Siswa yang berbakat dan bersemangat umumnya adalah mereka yang tertarik pada model ini. Mereka sering melakukannya untuk penempatan lanjutan atau jika mereka tertarik pada subjek kurikulum.
6. Model Driver Online
Mirip dengan model pembelajaran campuran lab daring, model driver online sepenuhnya berfokus pada pembelajaran melalui internet dan umumnya beresonansi dengan pelajar independen. Check-in tatap muka biasanya tidak diperlukan, karena siswa bekerja dari lokasi terpencil seperti rumah mereka untuk menyelesaikan kursus. Karena karakteristik ini, anda dapat mengikuti langkah-langkah implementasi model self-blend untuk menawarkan kelas-kelas ini. Pastikan guru yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan langsung dan bertindak sebagai narasumber.
B. Prosedur Pelaksanaan Blended Learning
Adi Atmoko, dkk. (2018:35) menyebutkan prosedur pelaksanaan blended learning meliputi: 1) Mengembangkan langkah-langkah pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 2) Mempersiapkan materi-materi pembelajaran. 3) Platform yang akan digunakan dalam pembelajaran. 4) Menentukan penggunaan platform teknologi.
Hamonangan Tambunan, dkk. (2020:87) menyebutkan salah satu karakteristik dalam pembelajaran campuran yakni pembelajaran online dan offline atau dikenal dengan pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring).
1. Daring
Pembelajaran daring atau online dilaksanakan dengan menggu-nakan gawai (gadget) maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menggunakan aplikasi untuk tatap muka secara virtual menggunakan ragam aplikasi, seperti Zoom, Google Meet, Hangout, E-Learning sekolah. Ini metode ideal karena ada interaksi antara guru dan siswa, ada penjelasan materi dari guru secara langsung, umpan balik, diskusi, tanya jawab, kuis dan seterusnya. Sifat pembelajaran: ada penjelasan materi dari guru dan umpan balik secara langsung antara guru dan siswa.
b. Guru menjelaskan materi pelajaran melalui live di media sosial, seperti live IG, live FB, merekam video guru mengajar lalu dikirim ke grup Whatsapp atau LINE siswa. Sifat pembelajaran: penjelasan materi dan umpan balik secara tidak langsung antara guru dan siswa.
c. Guru memberikan tugas melalui grup Whatsapp dan pengumpulannya melalui email guru. Sifat pembelajaran: tidak ada penjelasan materi maupun umpan balik.
d. Guru menganjurkan siswa belajar mandiri melalui aplikasi belajar daring dengan melihat portal aplikasi belajar mandiri seperti Ruang Guru, Zenius, Rumah Belajar (Kemendikbud), Quipper, Google G Suite for Education, dan lainnya. Sifat pembelajaran: tidak ada penjelasan materi maupun umpan balik, (Widyastuti, 2021:33-34).
e. Sebagai tambahan, dalam penyajian soal sebagai lembar kerja siswa agar lebih menarik dapat disajikan dengan membuat Game Interaktif atau Quiz Game secara online dengan menggunakan Kahoot, Quizizz, Poll Maker, Help Teaching, Online Quiz Creator, Class Maker, Easy Test Maker, dan lainnya.
2. Luring
Proses pembelajaran luring dapat dilaksanakan dengan menggunakan media buku, modul dan bahan ajar dari lingkungan sekitar, media televisi, menggunakan radio, modul belajar mandiri serta lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga, dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, Adi. dkk. Pelatihan Wicara Diri (Self-Talk) dalam Konseling. Malang: Wineka Media. 2018.
Santoso, Subhan Adi dan M. Chotibuddin. Pembelajaran Blended Learning Masa Pandemi. Pasuruan: Qiara Media. 2020.
Simarmata, Janner, dkk. Pengembangan media animasi berbasis Hybrid Learning. Medan: Yayasan Kita Menulis. 2019.
Tambunan, Hamonangan, dkk. Blended Learning Dengan Ragam Gaya Belajar. Medan: Yayasan Kita Menulis. 2020.
Widyastuti, Ana. Optimalisasi Pembelajaran Jaraj Jauh (PJJ), Daring Luring, BdR. Jakarta: Alex Media Kompuntindo. 2021.
Wijoyo, Hadion, dkk. Blended Learning Suatu panduan. Selayo: Insan Cendekia Mandiri. 2020.
EmoticonEmoticon